06
Jul

TOHB Harapan Penderita Autis

TOHB Harapan Penderita Autis

Menurut Hadi Suprapto, 2012 Autisme merupakan suatu gangguan perkembangan neurobiologist yang sangat kompleks. gangguan perkembangan pervasif pada anak yang ditandai dengan gangguan dan keterlambatan dalam bidang kognitif, bahasa, perilaku, komunikasi, dan interaksi sosial. Berdasarkan Center for Disease Control, pada tahun 2007 di Amerika Serikat jumlah anak dengan autism rasionya sudah menyentuh angka 1:150. Artinya, di antara 150 anak ada satu bocah yang menyandang autism. Sementara di Inggris rasionya lebih parah lagi, yaitu 1:100. Dengan rasio yang makin besar itu, tentu saja autism menjadi semacam bom waktu yang bisa meledak kapan pun. Kalau penyandangnya makin banyak, potensi kita kehilangan generasi yang mumpuni pun makin besar. Penyebab autism hingga saat ini belum diketahui, namun kemungkinan besar banyak dan kompleks (Melly Budiman, 2009). Dari berbagai dugaan penyebab autism, bisa disimpulkan beberapa diantaranya yakni gangguan metabolisme sejak lahir, faktor genetic, abnormalitas susunan saraf pusat, abnormalitas sistem kekebalan, keracunan logam berat, gangguan pencernaan dan infeksi saluran pencernaan, alergi, dan abnormalitas metilasi dan oksidasi. Banyak di antara anak autis yang pencernaannya sangat buruk.
Penelitian kadar logam pada rambut mereka rata-rata juga menujukkan kadar logam berat yang amat tinggi. Oleh karena itu penting untuk melakukan pemeriksaan fisik pada penderita, bukan hanya gejala autismnya saja. Menurut data yang ada, satu dari 150 orang terdiagnosis autism. Selama ini, anak autisme seringkali dideteksi dalam kondisi yang sudah terlambat. Umumnya, para orang tua mengindikasi lewat perilaku anak yang berbeda dari anak sebayanya. Sebuah kondisi Gejala autism sudah ada sejak lahir, ada anak yang sempat berkembang secara normal, tetapi kemudian mengalami kemunduran (regresi) pada umur 1-2 tahun, dan mulailah timbul gejala-gejala autism. Jenis terakhir ini disebut autism regresif. Kejadian autism regresif saat ini makin banyak, sehingga menimbulkan pertanyaan tentang penyebab autism yang sebenarnya. Meski telah banyak dilakukan penelitian, hingga kini belum ditemukan penyebab pasti autism karena penyebabnya sangat kompleks dan berbeda untuk setiap anak. Pada sekitar 90 % anak memiliki gejala autism yang berbeda-beda.
Gejala autism mulai tampak pada anak sebelum mencapai usia 3 tahun, secara umum gejala paling jelas terlihat antara umur 2–5 tahun. Sebelum ini, mendeteksi autisme dilihat dari gejala berikut, seperti terlambat bicara atau tidak dapat berbicara di atas usia tiga tahun, menolak atau menghindar untuk bertatap muka, tidak ada usaha untuk melakukan interaksi dengan orang, bila sudah senang dengan satu mainan, tidak mau mainan lain dan cara bermainnya juga aneh, sering memperhatikan jari–jarinya sendiri, kipas angin yang berputar, air yang bergerak, dapat terlihat hiperaktif sekali, dan dapat juga terlalu pendiam.
Ada tiga persoalan pada penyandang autis.

  1. . Minimnya interaksi penderita terhadap lingkungan. Anak penyandang autis hanya sibuk sendiri.
  2. . Penyandang autis terkendala dalam berkomunikasi, baik baik bicara maupun isyarat atau gambar.
  3. . Memiliki prilaku unik dan tingkah laku yang tidak lazim dilakukan anak-anak seusianya. ( Emil Hasan Naim, 2012) Autism tidak dapat disembuhkan atau dihilangkan 100 %. Tetapi penyandang autis dapat kembali normal layaknya anak pada umumnya apabila terapi dan penanganannya dilakukan dengan baik dan tepat. Hal ini dapat dibantu dengan terapi, bantuan guru khusus, dan peran serta orang tua yang turut aktif membantu (Danny Tania, 2008).Selain itu Terapi Oksigen Hiperbarik dapat mendukung upaya-upaya penyembuhan pada penderita autism.

Terapi Oksigen Hiperbarik dilakukan dengan sebuah alat berupa tabung dekompresi. Penderita autism masuk ke dalam tabung itu lalu dialiri oksigen murni dan tekanan udara ditingkatkan menjadi 1,3 atmosfer. dengan asupan oksigen 24% selama 40 menit, Hiperbarik secara rutin menunjukkan perbaikan pada kondisi saraf dan kerusakan pada sel–sel otak. Pemberian terapi oksigen murni bisa mengurangi inflamasi atau pembekakan di otak dan meningkatkan asupan oksigen di sel-sel otak sehingga kerusakan sel-sel otak dapat di minimalisasi.
Selain memperbaiki fungsi otak, secara umum ekstra oksigen yang didapat dari terapi oksigen hiperbarik juga berguna untuk meningkatkan kemampuan sel darah putih untuk melawan infeksi, meningkatkan daya tahan tubuh terhadap penyakit, membentuk pembuluh darah kapiler baru, membunuh kuman-kuman anaerob dalam usus, dan membantu setiap organ dalam tubuh berfungsi dengan lebih baik (Eni Kartinah, 2012).
Terapi ini banyak dipilih di beberapa negara dan para peneliti dan sebuah penelitian terkontrol, doubleblind, multicenter pernah dilakukan di Amerika pada tahun 2008. Ada 62 anak autis berusia 2-7 tahun yang dilibatkan. Mereka mendapat terapi hiperbarik. Penilaian setelah 40 kali terapi menunjukkan lebih dari 50% anak dalam kelompok pertama mengalami kemajuan yang bagus dalam segala bidang dibandingkan kelompok kontrol dan hasilnya terjadi peningkatan hampir di seluruh fungsi organ tubuh, seperti sensor gerak, kemampuan kognitif, kontak mata, kemampuan sosial dan pemahaman bahasa (Irma Kurniati, 2012.
Di Jakarta, penelitian juga sudah dilakukan meski tanpa kelompok kontrol. Penelitian dilakukan RS MMC Jakarta dengan peserta 25 anak berumur antara 2-14 Tahun, ditemukan kemajuan yang sangat baik di segala bidang (9 anak), kemajuan baik (12 anak), kemajuan minimal (2 anak) dan 2 lainnya tidak mengalami kemajuan ataupun kemunduran. Bidang yang dinilai adalah komunikasi, interaksi, perilaku, sensoris, emosi dan metabolisme. (Melly Budiman,2009).
Di kota Jember telah hadir terapy hyperbaric yang berdiri sejak tahun 2011 untuk mengatasi masalah ini. Bagi penderita Autism bisa datang langsung ke RS Paru Jember Jln. Nusa Indah No 28 Jember.