• rspjember@jatimprov.go.id

  • +628113164200
  • Jl. Nusa Indah No.28, Krajan, Jember

Image

HIV atau AIDS pada Anak Usia Dini

HIV atau AIDS pada Anak Usia Dini

HIV/AIDS Serang Bayi dan Anak, Bagaimana Mengenali Gejalanya? Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS) disebabkan oleh Human Immunodeficiency Virus (HIV), merupakan infeksi yang mengancam jiwa. AIDS adalah bentuk lanjut dari infeksi HIV. Hingga kini penyakit HIV/ AIDS masih merupakan masalah kesehatan global termasuk Indonesia. Saat ini penyebaran penyakit infeksi HIV tidak hanya menyerang orang dewasa tetapi juga mengancam bayi dan anak- anak. Setiap tahunnya data infeksi HIV/AIDS pada anak terjadi peningkatan. Menurut data WHO, diperkirakan sekitar 3,2 juta anak hidup dengan HIV pada akhir tahun 2013, dan terbanyak di Afrika. Mayoritas penularan infeksi HIV didapat dari ibu yang terinfeksi HIV saat kehamilan, kelahiran, atau saat meyusui. Bagaimana penularan HIV pada Anak? HIV ditularkan melalui kontak langsung antara membrane mukosa atau aliran darah, dengan cairan tubuh yang mengandung HIV, seperti darah, air mani, cairan vagina, dan air susu ibu. Sebagian besar anak dibawah usia 10 tahun yang terinfeksi HIV tertular dari ibunya. Penularan ini dapat terjadi pada saat kehamilan, proses persalinan atau saat menyusui. HIV tidak ditularkan melalui hubungan langsung dengan anak misalnya, memeluk, mencium, memandikan menggantikan popok atau waktu bermain. Tidak ada data bahwa HIV dapat ditularkan melalui penggunaan toilet, kolam renang, penggunaan alat makan atau minum secara bersama atau gigitan serangga seperti nyamuk. Selain itu penularan dari darah dapat juga terjadi melalui tindakan medik seperti transfusi darah jika darah donor tidak dilakukan uji saring untuk antibody HIV, penggunaan ulang jarum atau penggunaan alat medik lainnya. Kejadian ini dapat terjadi pada semua pelayanan kesehatan, seperti rumah sakit, poliklinik,ataupun pengobatan tradisional melalui alat tusuk/ jarum. Sebagian besar anak yang terinfeksi HIV di Negara berkembang didiagnosis berdasarkan gejala penyakit terkait HIV, diikuti oleh tes HIV dengan hasil reaktif. Hasil tes HIV yang reaktif pada anak hampir pasti berarti bahwa ibunya dan mungkin pasangan ibunya juga terinfeksi HIV. Bagaimana mengenali anak terinfeksi HIV? Berbagai gejala AIDS umumnya tidak terjadi pada orang yang memiliki sistem kekebalan tubuh yang baik. Gejala yang timbul akibat infeksi oleh bakteri, virus, fungi, dan parasit yang biasanya dikendaliakan oleh sistem kekebalan tubuh yang dirusak HIV. HIV mempengaruhi hampir semua organ tubuh. Seperti pada orang dewasa, ada beberapa tanda dan gejala yang seharusnya menimbulkan kecurigaan bahwa anak terinfeksi HIV. Antara lain: berat badan menurun atau gagal tumbuh, diare lebih dari 14 hari, demam lama lebih dari sebulan, infeksi saluran pernapasan bagian bawah yang berat, batuk lama, pembengkakan kelenjar dan infeksi opotunistik sama yang dialami oleh orang dewasa. Stadium Klinis WHO untuk Bayi dan Anak yang Terinfeksi HIV. Stadium klinis 1 (Asimptomatis Limfadenopati Generalisata Persisten) tidak ada gejala maupun tanda Pembesaran kelenjar limfe >1cm pada 2 atau lebih lokasi yang berdekatan ,sebab tak diketahui. Stadium klinis 2 (Hepatomegali Persisten) yang tidak dapat dijelaskan Erupsi pruritik popular Infeksi virus wart luas Angular ceilitis Moluskum kontagiosum luas Ulserasi oral berulang Pembesaran kelenjar parotis persisten yang tidak dapat dijelaskan Eritema gingival lineal Herpes zoster Infeksi saluran napas atas kronik atau berulang Infeksi kuku oleh fungus. Stadium klinis 3 (Malnutrisi) sedang yang tidak dapat dijelaskan, tidak berespons secara adekuat terhadap terapi standart Diare persisten yang tidak dapat dijelaskan (14 hari atau lebih) Demam persisten yang tidak dapat dijelaskan (lebih dari 37,5oc intermitten atau konstan, >1 bulan) Kandidiasis oral persisten (diluar saat 6-8 minggu pertama kehidupan) Oral Hairy Leukoplakia Periodontitis/ gingivitis ulseratif nekrotikans akut TB kelenjar TB Paru Pneumonia bacterial yang berat dan berulang Pneumonistis interstitial limfoid simtomatik Penyakit paru berhubungan dengan HIV yang kronik termasuk bronkiectasis Anemia yang tidak dapat dijelaskan, neutropenia, trombositopenia. Stadium klinis 4 (Malnutrisi, wasting dan stunting) berat yang tidak dapat dijelaskan dan tidak berespon terhadap terapi standar Pneumonia pneumosistis Infeksi bakteri berat yang berulang Infeksi herpes simplek kronik TB ekstrapulmonar Sarkoma Kaposi Kandidiasis esophagus Toxoplasmosis susunan saraf pusat Ensefalopathy HIV Infeksi cytomegalovirus, retinitis atau infeksi CMV pada organ lain dengan onset umur>1bl Kriptokokosis ekstrapulmonar termasuk meningitis Mikosis endemic diseminata Kriptosporidiosis kronik Isosporiasis kronik Infeksi mikobacteria nontuberkulosis diseminata Kardiomyopati atau nefropati yang dihubungkan dengan HIV yang simptomatik Limfoma sel B non Hodkin atau limfoma serebral Progressive multifocal leucoencephalopathy. Tes HIV pada bayi umumnya menunjukkan hasil positif (reaktif) selama beberapa bulan setelah lahir jika ibunya terinfeksi HIV walaupun anak mungkin tidak terinfeksi. Jadi, jika hasil anak adalah reaktif, ini bukti bahwa ibunya HIV, dan karena itu penting ibu diberi konseling sebelum anaknya dites. Namun, bayi dengan hasil tes HIV reaktif hanya dianggap terinfeksi bila hasil tetap reaktif setelah berusia 18 bulan. Pengobatan infeksi HIV pada anak terus berkembang, baik untuk mencegah atau mengobati infeksi oportunistik, maupun ART. Dengan pengobatan tersebut, ada harapan bahwa anak tersebut bias tahan hidup lama, seperti orang dewasa yang mendapat terapi. Anak yang HIV positif sebaiknya diawasi oleh dokter spesialis anak dengan pengalaman menatalaksanakan HIV.